Desain Grafis Bukan Hanya CorelDraw

Judul tulisan ini agak aneh memang, "desain grafis bukanlah corel draw", maksudnya apa? Sebenarnya judul tersebut merupakan expresi kekesalan saya terhadap apa yang terjadi pada sebagian orang yang menganggap kalau sudah bisa menggunakan Corel Draw berarti sudah menjadi seorang desainer grafis.

Jujur saja kalau saya mengatakan dengan bahasa yang agak extrem bahwa anggapan tersebut adalah “SALAH BESAR”.

Desain grafis adalah ilmu komunikasi visual yang dilandasi kemampuan berpikir dan ketrampilan artistik. Suatu disiplin ilmu yang berhubungan erat dengan komunikasi dan marketing. Sehingga seorang desainer grafis yang asli bukan “gadungan” atau “Aspal (Asli tapi palsu) dapat menyerap dan mengimplementasikan konsep dari komunikasi dan marketing. Batman aja ada gadungannya, apalagi desainer grafis....

Bayangkan, baru saja bisa menggunakan Corel Draw, Freehand atau Photoshop merasa sudah menjadi desainer grafis. Walah,…walah… bisa ancuuur dunia desain grafis Indonesia.

Padahal seperti kita ketahui, Corel Draw, Freehand, atau Photoshop dan software pendukung desain grafis lainnya hanyalah sebagai alat/tools yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu desain melalui komputer (digital). Tanpa software-software tersebut mana mungkin dapat menghasilkan karya desain yang sempurna bentuk maupun warnanya. Dan software-software ini memang menjadi andalan untuk desain, final artwork untuk cetak dan multimedia.

Di era digital saat ini kemampuan mengopoperasikan software desain adalah mutlak. Tanpa kemampuan ini seorang desainer grafis akan mendapat kesulitan dalam mewujudkan ide-idenya bahkan kesulitan untuk dapat bekerja sama dengan sebuah perusahaan/agency misalnya yang notabene semua hasil pekerjaan saat ini serba digital.

Lain lagi dengan istilah "setting" yang saat ini di beberapa kalangan dianggap sebagai desain. Ini juga termasuk pendapat yang "SALAH BESAR". Karena "setting" pengertiannya adalah menyusun atau menata letak. Jadi pengertian "setting" bukanlah desain.

Sebenarnya kata "setting" itu sendiri mengingatkan saya pada era sekitar tahun 90an dimana software/komputer untuk grafis belum begitu memasyarakat seperti sekarang. Ketika itu, hanya tempat-tempat yang melayani "setting huruf" yang memiliki komputer untuk setting huruf termasuk tempat untuk separasi warna (color separation). Istilah setting memang sangat akrab pada saat itu tapi bukan setting yang dimaksud adalah desain grafis, bukan sama sekali, tapi memang setting biasanya digunakan untuk mendesain. Dan hasil settingan dalam bentuk kertas "hitam putih" namanya kertas "bromide" (maaf bila salah mengeja).

Apalagi bila ada sebagian orang yang mengatakan desain itu gampang, tinggal ceplok sana ceplok sini tambah warna, tambah photo kasih efek jadi deh. Gampang kan!?

Jika memang desain grafis itu gampang, kenapa harus ada universitasnya, akademinya, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Di Indonesia sendiri sudah banyak akademi dan universitas yang membuka fakultas seni rupa dan desain dengan jurusan "graphic design" atau "komunikasi visual". Bagi anda yang masih menganggap desain grafis itu gampang, mungkin dengan membuka situs ini dapat membuka mata anda tentang desain grafis yang sebenarnya: All graphic design dan online school of design.

Semoga saja melalui tulisan ini sedikit memberi pencerahan bagi sebagian kalangan untuk melihat desain grafis pada porsi yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top